Minggu, 31 Juli 2011

Negara Hakka di Kalimantan Barat

"Sebuah Sejarah Yang Hampir Terlupakan"

Cerita ini saya baca dan kutip dari berbagai sumber baik majalah, surat kabar dan dari situs/blog2 yang bertebaran di dunia internet, kemudian saya rangkum kembali menjadi cerita yang lebih detail.

Pada akhir abad ke 18, jauh sebelum Indonesia terbentuk jadi sebuah negara, di bagian Barat Kalimantan (Borneo) telah berdiri sebuah bentuk republik, dan berhasil bertahan selama 100 tahun lebih sebelum dihancurkan oleh penjajahan Belanda. Republik ini didirikan oleh orang China yang saat itu dikirim sebagai pekerja tambang, saat terjadi gold-rush di Borneo.



Orang Hakka (Khek) yang berasal dari daerah Guandong (Kanton), Cina, membentuk komunitas dengan pemerintahan sendiri yang berbentuk seperti layaknya suatu Republik di Kalimantan Barat, tepatnya di Mandor. Presiden pertamanya adalah Lo Fong Pak (Low Lan Pak), ia lahir tahun 1738 di Guandong, Mei Hsien, distrik Shih Pik Pao pada tahun ketiga dinasti Ching. Ia mengawini seorang gadis dan mempunyai seorang putera. Menurut kebiasaan Hakka mereka tidak mengambil isteri selama perjalanannya keluar negeri.

Adalah seorang Lo Fong Pak, perantau bersuku-bangsa Hakka dari negeri China berusia 34 tahun, yang berhasil mempersatukan 14 kongsi dagang yang terdiri dari berbagai golongan suku bangsa Hakka yang ada di Borneo, dan menamakannya dengan LAN FANG. Persatuan ini ditujukan untuk melindungi diri dari persengketaan, yang kerap terjadi, dan mengancam terpecah belahnya persatuan di daerah itu. Lan Fang sangat berhasil dan namanya kian masyhur, nama Lo Fong Pak menjadi identik dengan Lan Fang, dan keberhasilannya diakui oleh kesultanan di seluruh Kalimantan bagian Barat. Atas dasar persatuan kongsi dagang itu, berdirilah sebuah pemerintahan yang dinamai persis seperti kongsi dagang itu, Lan Fang. Meski rakyat mendesak agar Lo Fong Pak menjadi sultan dan menjalankan kesultanan dalam pemerintahannya, Lo Fong Pak menolak, dan bersikukuh memilih bentuk republik, dengan sistem pemerintahan ‘presidential’.


Lo Fong Pak mulai bertualang pada usia 34 tahun. Dia merantau ke Kalimantan Barat saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush), dengan menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir Vietnam, dan akhirnya berlabuh di Kalbar. Ketika itu Sultan Panembahan yang percaya bahwa orang Tionghoa adalah pekerja keras membawa 20 pekerja Tionghoa dari Brunei. Sultan Omar juga mendengar tentang ketekunan orang Tionghoa memanfaatkannya melalui sistem kontrak lahan kepada orang Tionghoa guna membuka kawasannya.

Ketika Lo Fong Pak sampai di Kalbar, Belanda belum secara agresif merambah ke Kalimantan. Di pesisir banyak didiami orang Jawa dan Bugis, yang mana daerah ini dikuasai oleh Sultan, dan bagian pedalaman didiami oleh orang Dayak, kendati batas teritorialnya tidak jelas.

Pada permulaan tahun 1740, jumlah orang Tionghoa hanya beberapa puluh saja di sana. Pada tahun 1770 orang Tionghoa sudah mencapai 20.000 orang. Mereka berdatangan berdasarkan pertalian saudara, sekampung halaman, atau sesama kumpulan. Kelompok Tionghoa ini membentuk Kongsi (perusahaan) untuk melindungi mereka. Lo Fang Pak diangkat menjadi ketua.

Pada tahun 1776, 14 Kongsi disatukan membentuk He Soon 14 Kongsi guna menjaga kesatuan dari ancaman persengketaan antar kumpulan, daerah asal, dan darah. Pada saat itu Lo Fong Pak mendirikan Lan Fang Kongsi, kemudian menyatukan semua orang golongan Hakka di daerah yang dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas), dan mendirikan kota Mem-Tau-Er sebagai markas besar dari group perusahaannya.

Pada masa itu Khun Tian (Pontianak) yang berlokasi di hilir Sungai Kapuas, merupakan daerah perdagangan yang penting dan dikuasai oleh Sultan Abdulrahman. Daerah hulu sungai dikuasai oleh orang Dayak. Usaha Sultan Mempawah yang bertetangga dengan Pontianak untuk membangun sebuah istana di hulu sungai menyebabkan pertikaian antara kedua sultan ini. Terjadilah perang antara kedua negeri itu. Sultan Abdulrahman meminta bantuan Lo Fong Pak. Karena istana tersebut dibangun dekat wilayah Lan Fong Kongsi, Lo Fong Pak akhirnya memutuskan untuk membantu Sultan Pontianak dan berhasil mengalahkan Mempawah. Sultan Mempawah yang dikalahkan bergabung dengan orang Dayak dan melakukan serangan balasan. Sekali lagi Lo Fong Pak berhasil mengalahkan Sultan Mempawah, sehingga mengungsi ke arah utara, yaitu Singkawang, dimana ia dan Sultan Singkawang (Sambas) menandatangani perjanjian damai dengan Lo Fong Pak. Peristiwa itu secara dramatis melambungkan popularitas Lo Fong Pak. Ketika itu dia berusia 57.

Sejak saat itu, orang-orang Tionghoa dan penduduk setempat mencari perlindungan kepada Lo Fong Pak. Kekuatan dan prestise Lo Fong Pak semakin meningkat. Ketika Sultan Pontianak menyadari tidak mampu melawan Lo Fong Pak, ia sendiri meminta perlindungan dari Lo Fong Pak. Lalu Lo Fong Pak mendirikan sebuah pemerintahan dengan menggunakan nama kongsinya, sehingga nama kongsinya menjadi nama republik, Republik Lan Fong, yang jika dihitung sejak tahun berdirinya, 1777, berarti sepuluh tahun lebih awal dari pembentukan negara Amerika Serikat (USA) oleh George Washington tahun 1787.

Ketika itu masyarakat ingin Lo Fong Pak menjadi Sultan, namun ia menolak dan memilih kepemerintahan seperti sistem kepresidenan. Lo Fong Pak terpilih melalui pemilihan umum untuk menjabat sebagai presiden pertama, dan diberi gelar dalam bahasa Mandarin “Ta Tang Chung Chang” atau Presiden. Konstitusi negeri itu menyebutkan bahwa posisi Presiden dan Wakil Presiden Republik tersebut harus dijabat oleh orang yang berbahasa Hakka.


Ibukota Republik Hakka ini adalah Tung Ban Lut (Mandor) yang secara harafiah berati “Timur dengan selaksa konstitusi”.  “Ta Tang Chung Chang” (Presiden) dipilih melalui pemilihan umum. Menurut konstitusinya, baik Presiden maupun Wakil Presiden harus merupakan orang Hakka yang berasal dari daerah Ka Yin Chiu atau Thai Pu. Benderanya berbentuk persegi empat berwarna kuning, dengan tulisan dalam bahasa Mandarin “Lan Fang Ta Tong Chi”. Bendera presidennya berwarna kuning berbentuk segitiga dengan tulisan ‘Chuao’ (Jenderal). Para pejabat tingginya memakai pakaian tradisional bergaya China, sementara pejabat yang lebih rendah memakai pakaian gaya barat. Republik tersebut mencapai keberhasilan besar dalam ekonomi dan stabilitas politik selama 19 tahun pemerintahan Lo Fong Pak.


Dalam tarikh negara samudera dari Dinasti Qing tercatat adanya sebuah tempat dimana orang Ka Yin (dari daerah Mei Hsien) bekerja sebagai penambang, membangun jalan, mendirikan negaranya sendiri, setiap tahun kapalnya mendarat di daerah Zhou dan Chao Zhou (Teochiu) untuk berdagang. Sementara dalam catatan sejarah Lan Fong Kongsi sendiri terungkap bahwa setiap tahun mereka membayar upeti kepada Dinasti Qing seperti Annan (Vietnam).

Lo Fong Pak dalam masa pemerintahannya telah menjalankan system perpajakan, dan Republik Lan Fang juga mempunyai kitab undang undang hukum, menyelenggarakan system pertanian dan pertambangan yang terarah, membangun jaringan transportasi, dan mengusahakan ketahan ekonomi berdikari, lengkap dengan perbankannya. Sistem pendidikan tetap diperhatikan bahkan semakin dikembangkan, karena Lo Fong Pak sendiri asalnya memang seorang guru.

Pada waktu itu Pontianak yang terletak di muara Sungai Kapuas adalah sebuah daerah perdagangan yang penting dan diperintah oleh Sultan Abdulrachman. Sedangkan bagian hulu dari Sungai Kapuas dikuasai oleh orang Dayak. Kesultanan yang berbatasan dengan Kun Tien adalah Mempawah. Sultan Pontianakmencoba membangun istana agak ke hulu sungai yang dekat dengan perbatasan Kesultanan Mempawah dan hal ini memicu perang antara kedua kesultanan.

Pada perang ini (1794) Sultan Kun Tien dibantu oleh Lan Fang Kongsi karena kedekatan diantara mereka. Sultan Mempawah kalah dalam pertempuran tersebut, dan kemudian bergabung dengan Dayak untuk melakukan serangan balasan. Namun Lo Fong Pak kembali mematahkan kekuatan Sultan Mempawah, dan bahkan kali ini Sultan Mempawah didesak terus ke utara sampai Singkawang. Pertempuran ini berakhir dengan perjanjian perdamaian antara Sultan Singkawang dan Sultan Mempawah dengan Lo Fong  Pak.

Setelah kemenangan ini popularitas Lo Fong  Pak melesat dramatis, ketika itu ia berusia 57 tahun. Rakyat, dan orang Tionghoa di daerah itu mencari perlindungan pada Lo Fong Pak, dan bahkan Sultan Kun Tien menyadari bahwa dia tidak sanggup melawan kekuatan militer Lo Fong Pak, sehingga Sultan sendiri bernaung di bawah perlindungan Low Lan Pak.

Lo Fong Pak meninggal pada tahun 1795, tahun kedua dideklarasikannya republik tersebut (1793). Ia telah hidup di Kalimantan lebih dari 20 tahun. Pada usia ke 47 berdirinya republik tersebut, yaitu pada masa pemerintahan presiden kelima, Liu Tai Er (Hakka: Liu Thoi Nyi), Belanda mulai aktif melakukan ekspansi di Indonesia dan menduduki wilayah tenggara Kalimantan. Liu Tai Er terbujuk oleh Belanda di Batavia (kini Jakarta) untuk menandatangani suatu pakta non-agresi timbal-balik. Penandatanganan pakta tersebut praktis berarti menyerahkan rezim Lan Fong ke dalam kekuasaan Belanda. Munculnya pemberontakan penduduk asli semakin melemahkan pemerintahan Lan Fong. Lan Fong kehilangan otonomi dan menjadi sebuah daerah protektorat Belanda. Belanda membuka perwakilan kolonialnya di Pontianak dan mencampuri urusan republik tersebut. Pada tahun 1884 Singkawang menolak diperintah oleh Belanda, sehingga diserang oleh Belanda. Belanda berhasil menduduki Lan Fong Kongsi, namun kongsi tersebut mengadakan perlawanan selama 4 tahun, tetapi akhirnya dikalahkan, menyusul kematian Liu Asheng (Hakka: Liu A Sin), presidennya yang terakhir. Warganya mengungsi ke Sumatera. Karena takut mendapat reaksi keras dari pemerintahan Qing, Belanda tidak pernah mendeklarasikan Lan Fong sebagai koloninya dan memperbolehkan seorang keturunan mereka menjadi pemimpin.

Sebuah Novel yang diabadikan oleh seorang berkebangsaan Belanda tentang "Sejarah Republik Lan Fang" ----------------------------------------------------------->>




Riwayat Kepemimpinan Lan Fang Republic :
1. Lo Fongpak 1777-1795 Pendirian Langfong Kungsi di Mandor pada tahun 1777.
2. Kong Meupak 1795-1799 Perang dengan Panembahan Mempawah.
3. Jak Sipak 1799-1803 Konflik dengan orang Dayak dari Landak.
4. Kong Meupak 1803-1811
5. Sung Chiappak 1811-1823 Ekspansi tambang di Landak.
6. Liu Thoinyi 1823-1837 Sudah di bawah pengaruh kolonial Belanda.
7. Ku Liukpak 1837-1842 Konflik dengan Panembahan Landak dan kemerosotan kongsi.
8. Chia Kuifong 1842-1843
9. Yap Thinfui 1843-1845
10. Liu Konsin 1845-1848 Pertempuran dengan orang Dayak Landak.
11. Liu Asin 1848-1876 Ekspansi tambang ke kawasan Landak.
12. Liu Liongkon 1876-1880
13. Liu Asin 1880-1884 Kejatuhan Lanfong Kungsi pada tahun 1884.

Karena takut terhadap reaksi keras dari pemerintah Ching di Cina, Belanda tidak mau menyatakan bahwa mereka telah menduduki Lan Fang dan bahkan masih mengizinkan salah satu ahli warisnya menjadi tokoh setempat. Hal itu berlangsung sampai tahun 1912 sampai terbentuk Republik Cina di bawah Dr. Sun Yatsen. Baru setelah itu Belanda berani secara resmi menyatakan kekuasaan pemerintahannya di Kalimantan.

Mereka yang lari ke Sumatera berkumpul kembali di Medan, dan kemudian dari sana beberapa orang menyeberang ke Kuala Lumpur dan Singapura. Salah satu keturunan pelarian dari Kalimantan tersebut adalah Lee Kuan Yew, yang kemudian menjadi Perdana Menteri di Singapura. Orang Hakka yang mendirikan perusahaan Lan Fang kedua di Singapura adalah kelompok minoritas, namun mereka memainkan peran penting di Singapura.




Beberapa catatan menarik tentang Republik Lan Fang, antara lain :
*Diberlakukan sistem Pemilihan umum yang pada saat itu sama sekali belum dikenal dalam iklim pemerintahan Kesultanan di wilayah Borneo.
*Konsep Trias Politika sudah dipraktekkan, pemerintahan dijalankan dengan mengaktifkan lembaga Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif.
*Republik ini telah memiliki kitab undang-undang hukum, menjalankan sistem pertanian, membangun sarana transportasi, mengatur pertambangan menjadi lebih baik, menyelenggarakan konsep perbankan, dan mengutamakan pendidikan bagi warganya.
*Republik Lan Fang bertahan selama 110 tahun, dan telah memilih 10 orang presiden sebagai pemimpin republik.
*Saat Republik Lanfang memasuki usia ke-47 yang dipimpin oleh presiden ke-5, Belanda telah menguasai seluruh daratan Borneo, Lan Fang mulai kehilangan hak otonomi, dan menjadi bagian dari kolonial Belanda.
*Saat VOC membuka kantor cabang di kota Pontianak, mulailah campur tangannya menguasai Republik, *Lanfang sempat bertahan selama 4 tahun, dan akhirnya menyerah kalah. Orang-orang Republik Lan Fang banyak yang melarikan diri ke Sumatera (Malaka).

Kini beredar rumor, bahwa Negara tetangga kita, Singapore adalah Republik Lanfang Modern, replika yang sangat pas, dan berhasil mengadopsi sistem pemerintahan Lan Fang, kenapa? Konon Lee kwan Yew sang pendiri negara kecil yang makmur ini adalah seorang keturunan pendiri Lan Fang yang berhasil lari ke Sumatera, berikut ini sekelumit bukti yang mengarah pada kebenaran berita tersebut:

____________________________________________________________________________________
My family history in Singapore began with my paternal great-grandfather, Lee Bok Boon, a Hakka …… Lee Bok Boon was born in 1846 in the village of Tangxi in the Dabu prefecture of Guangdong …… My grandfather, Lee Hoon Leong – whom I addressed as Kung or “grandfather” in Chinese – was born in Singapore in 1871 …… My father was born in Semarang in 1903, in the Dutch East Indies.
Chua Kim Teng [LKY’s maternal grandfather] … was born in Singapore in 1865, into a Hokkien Chinese family that came from Malacca. … His first two wives had died and the third was my grandmother, Neo Ah Soon, a large, broad-shouldered Hakka from Pontianak in Dutch Borneo, who spoke the Hakka dialect and Indonesian Malay. (From Lee Kuan Yew, The Singapore Story: Memoirs of Lee)

____________________________________________________________________________________



Selain Lee Kuan Yew, orang-orang Hakka yang terkenal antara lain adalah Dr Sun Yatsen, pendiri Republik Cina, Mao Zedong, Deng Xiaoping, Ne Win (Diktator di Myanmar, dahulu Birma), Li Peng (mantan Perdana Menteri Cina) dan Lee Tenghui (mantan Presiden Taiwan). Ada suatu keunikan, ketika tiga orang keturunan Hakka menjadi pemimpin di tiga negara pada waktu yang bersamaan, yaitu Deng Xiaoping berkuasa di RRC, Lee Tenghui menjadi Presiden Taiwan dan Lee Kuan Yew menjadi Perdana Menteri di Singapura.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Republik Lan Fang

Republik Lanfang (Hanzi tradisional: 蘭芳共和國, Hanyu Pinyin: Lánfāng Gònghéguó) adalah sebuah negara Hakka di Kalimantan Barat, Indonesia yang didirikan oleh Low Fang Pak (Luo Fangbo) (羅芳伯) pada tahun 1777, sampai akhirnya dihancurkan oleh Belanda di tahun 1884.

Sultan-sultan di Kalimantan Barat yang mendatangkan buruh yang berasal dari Cina pada abad ke-18 untuk bekerja dalam pertambangan emas atau timah terdapat sejumlah komunitas pertambangan (kongsi) yang menikmati beberapa otonomi politik dan Lanfang dikenal oleh sejarah berdasarkan tulisan oleh Yap-Yoen Siong, menantu Kapitan terakhir kongsi Lanfang, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda pada tahun 1885.

IBUKOTA: Mandor (Dong Wan Li 東万律 )
Tahun didirikan: 1777
Tahun diruntuhkan: 1884
Presiden Pertama: Low Lan Pak/Lo Fong Pak (Low Thai Pak)
Wilayah Sekarang Kalimantan Barat

Sumber : http://lanfangchronicles.wordpress.com/about/
              B. Salman, www.pontianakpost.com
             @rbonardy : retwit by @anaknusantara
              According to promotional material for Lan Fang Chronicles:
              A Project by Choy Ka Fai

26 komentar:

  1. Tidak di sangka ??? Ada sejarah seperti ini di Kalbar, sepertinya belom pernah di publikasikan pemerintah kita ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. semenjak peristiwa PKI yg di topang komunis cina dn uni soviet,anti cina di kumandangkan,segala yg berbau cina termasuk sejarah kebaikan dll di musnahkan,kecuali yg sudah terlanjur menjadi sejarah umum..dan kebencian pd krturunan di tanamkan turun temurun yg sekarang kita bs liat,keturunan cina lebih di benci dari pd penjajah..

      Hapus
  2. Mudah mudahan bisa sampai ketangan produser perfilm'n dindonesia....go go go

    BalasHapus
  3. Mudah mudahan bisa sampai ketangan produser perfilm'n dindonesia....go go go

    BalasHapus
  4. That history is not forgotten

    BalasHapus
  5. perlu penelitian lebih lanjut.. jika benar berdiri 110 tahun, pasti ada situs2 peninggalannya. sehingga bisa menjadi bukti. jika tidak, mungkin semua ini hanya fiksi belaka.

    BalasHapus
  6. dokumentasi tidak konect.........yg dimaksud Mandor disini bukan mandor yang berada di kab. landak tapi Mandor yg ada d kab. bengkayang...........yg sy tau sperti itu.........mgkn juga salah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg di daerah bengkayang tuh bukan mandor Tp bandor

      Hapus
  7. Alur tulisan berputar-putar, karna penulis tidak melakukan riset,

    BalasHapus
  8. Ini sebuah history yg sangat menarik dan penting sebagai bahan pembelajaran bangsa, perlu ditindak lanjuti dengan sosialisasi kpd masyarakat luas via media cetak dan elektronik secara lbh intens (klu bisa dibuatkan film dokumenter dan ditayangkan di all tv).
    Pendekatan ke pemerintah utk memperoleh pengakuan kesejarahan juga bagian strategi yang tepat utk mengangkat history republik Lan Fang dgn presiden pertamanya Low Lan Pak sebagai bagian integrasi Republik Indonesia dlm kasanah sejarah indonesia sebagaimana history daerah khusus Yogyakarta dan Aceh. Good luck. Selamat berjuang semoga sukses.

    BalasHapus
  9. Yg pasti ada sisa2 peninggalannya yg bisa di kunjungi. N salah satunya pernah saya datangi.

    BalasHapus
  10. Lan fang kongsi didirikan thn 1777 M di mandor (republik lan fang) yg pertama kali didunia

    BalasHapus
  11. Kepada penulis sejarah yg terhormat...apresiasi yg tinggi utk anda atas penyusunan sejarah ini. Tetapi ada yg perlu ditelusuri ulang adalah keberadaan suku Jawa di era itu. Jangankan di era lama, di eranya ketika saya masih kecil saja tidak banyak org Jawa di Kalimantan karena budaya Jawa sendiri yg "Mangan rak mangan ngumpul", jadi kemungkinanan kecil kalau era itu ada orang Jawa di pesisir Kal Bar sampai Eranya Orde Baru dengan transmigrasinya. Selain itu ada terjamahan yg salah "san sin qing hu artinya adalah Telaga emas di tengah hutan". Kemudian ketika Lo Thai Pak di ajak oleh Sultan di Pontianak utk menjadi Sultan bagi org Hakka, beliau menolak karena kalau beliau menjadi sultan tentunya harus menjadi muslim dan menjadi bawahan raja di Arab, sedangkan beliau adalah pejabat pemerintahan dinasty Ching / Manchuria dengan bukti beliau memiliki Konto / pedang pejabat yg memiliki bawahan minimal 100 org. Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  12. Cari pendana (prudusen) dan saya bisa cari sutradara dengan format Film cerita singkat kalau video berseri.

    BalasHapus
  13. Cari pendana (prudusen) dan saya bisa cari sutradara dengan format Film cerita singkat kalau video berseri.

    BalasHapus
  14. Nah gitu..orang yg sudah pintar2 di kalimantan barat harus sudah saat nya memperjuangkan fakta sejarah agar terungkap dan di akui..bukti nya kan ada tuh di mandor ada tugu nya..semua yg ada disana kata nya peninggalan lo fang puo..

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  16. Satu lagi pejabat hakka yg sedang bersinar di negri kita indonesia, siapa lagi jika bukan pak Ahok :)

    BalasHapus
  17. Untuk sejarah ni si emang bagus banget alur ceritanya ,karna mungkin harus di riset lagi pas cerita di tengah ada yg putar balik lagi...untuk mau gali lebih dalam lagi..tentang LO THAI PAK NI masih byk ceritanya bisa tulis di halaman ini..

    BalasHapus
  18. Untuk sejarah ni si emang bagus banget alur ceritanya ,karna mungkin harus di riset lagi pas cerita di tengah ada yg putar balik lagi...untuk mau gali lebih dalam lagi..tentang LO THAI PAK NI masih byk ceritanya bisa tulis di halaman ini..

    BalasHapus
  19. Pd masa seblm 1800, hanya segelintir negara yg punya presiden. Agak aneh kalau mengaku ada sistem presidensial di sini. Ajaib saja... Tapi saya tdk bnyk tahu juga soal sejarah ini.

    BalasHapus
  20. Ayuk Join Di Situs KARTUVIPQQ
    Situs Judi Online Poker Terbaik Dan Terpercaya,
    Ajak Temen Anda Bermain Bermain Di KARTUVIPQQ,
    Karena Ada bonus Referral Sebesar 20% Buat Yang ajak Temennya Bermain
    Jangan Takut Kemenangan Anda Tidak Di Bayar,
    Berapapun Kemenangan Member Akan Di Bayar Full Tanpa Potongan Sepersen pun

    KEUNTUNGAN BERMAIN DI SITUS KARTUVIPQQ:
    . Semuanya Serba Praktis
    . Hanya Modal Rp.15.000,- Anda Sudah Bisa Bermain
    . Transaksi Deposit Dan Withdraw Praktis, Cepat, mudah Dan Aman
    . Server Yang Sangat Cepat Dan Ringan
    . Cukup Satu Akun Sudah Bisa Bermain Semua Game
    . Bonus Referral Sebesar 20%
    . Bisa Main Kapan saja Dan Dimana Saja Anda Berada
    . Kenyamanan Member Adalah Perioritas Utama
    . Customer Service Yang Sopan Dan Profesional
    . Pelayanan 24 jam
    . Support Bank : BCA, BNI, BRI, MANDIRI,danamon dan seluruh bank.

    PROMO BONUS KARTUVIPQQ:
    . BONUS ROLINGAN 0.5%
    . BONUS REFERRAL 20%

    Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi CS kami yang ramah dan siap 24 jam melayani anda :
    LINE : kartuvipqq
    WHATSAPP : +85510791654
    Wechat : kartuvipqq

    BalasHapus